Di era modern ini, banyak orang tua merasa tertekan oleh tuntutan social yang mengharuskan anak-anak mereka unggul dalam segala hal, terutama dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung saat usia dini. Tak jarang, demi mengejar ekspetasi tersebut anak yang belum cukup matang secara emosional dan kognitif sudah dimasukkan ke TK nol besar atau dijejali berbagai les tambahan. Tapi apakah benar pendidikan anak harus dijadikan ajang kompetisi?
Fenomena ini menjadi sorotan dalam seminar parenting bertajuk “Mendidik dan Mengasuh Anak Bukan Sebuah Kompetisi”, yang diselenggarakan oleh mahasiswa Asistensi Mengajar UIN Maulana Malik Ibbrahim Malang pada Jumat, 21 Februari 2025. Acara ini dihadiri olehwali murid KB/RA Syihabuddin Landungsari Malang dengan tujuan membuka wawasan orang tua bahwa mendidik anak seharusnya bukanlah sebuah ajang perlombaan melainkan sebuah proses mendukung pertumbuhan mereka dengan cara yag menyenangka. Seminar ini menghadirkan narasumber ahli yakni Ibu Rikza Azharona Susanti, M.Pd., dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ambisi Orang Tua dan Beban pada Anak
Kepala KB/RA Syihabuddin, Ustadzah Nuzula Mardiyah, S.Pd dalam sambutannya menekankan pentingnyya perjalanan mendidik anak tannpa menjadikannya sebagai ajang kompetisi.
“Mendidik anak adalah proses, bukan perlombaan. Yang terpenting ialah mereka tumbuh mandiri dan bahagia,” ujarnya.
Tanpa disadari kerapkali orang tua memproyeksikan ambisi mereka kepada anak-anaknya. Hal ini diarenakan bahwa adanya ketakutan bahwa anak mereka akan tertinggal dari teman sebayanya sehingga tak jarang orang tua terburu-buru memperkenalkan pelajaran akademik bahkan sebelum anak siap secara psikologis. Namun sayangnya pendekatan ini justru bisa berdampak sebaliknya, membuat anak merasa tertekan dan kehilangan minat belajar.
Pentingnya Pola Asuh yang Seimbang
Setiap anak perlu dirawat dan dididik dengan baik sejak dini, tidak hanya dalam aspek akademik tetapi juga emosional dan sosialnya juga. Pola asuh yang baik mencakup :
- Memberikan makanan yang bergizi dan menjaga kesehatan anak.
- Eksplorasi lingkungan sekitar.
- Memberikan kasih sayang dan memberi dukungan penuh.
- Melatih anak berinteraksi dengan orang lain.
Dalam mendidik anak, pola asuh orang tua sangat berperan besar dalam membentuk karakter dan kepercayaan diri mereka. Berikut merupakan tiga jenis pola asuh yang umum diterapkan:
- Pola Asuh Otoriter, yakni gaya pola asuh yang menekankan pada ketaatan dan disiplin. Biasanya anak dituntut untuk patuh tanpa diberi kesempatan berpendapat. Maka dampak dari yang ditimbulkan ialah anak menjadi disiplin namun ada rasa ketegangan juga dan menyebabkan kurangnya kepercayaan diri pada anak.
- Pola Asuh Permisif, yakni gaya pola asuh orang tua yang memberi kebebasan tinggi kepada anak tanpa aturan yang jelas tanpa batasan yang mendidik. Dampak yang ditimbulkan dari gaya pola asuh ini yaitu membuat anak merasa dicintai namun anak jadi kurang memiliki tanggung jawab dan disiplin.
- Pola Asuh Demokratis, yaitu gaya pola asuh yang mengedepankan komunikasi dan empati. Orang tua memberikan aturan yang jelas namun tetap terbuka terhadap diskusi. Gaya pola asuh ini mengajarkan anak untuk memahami alasan dibalik aturan dan diberi kesempatan untuk berpendapat. Dampak dari gaya pengasuhan ini mendorong anak menjadi percaya diri, mandiri, dan bertanggung jawab.
Dalam seminar ini, Bu Rikza menjelaskan bahwa pendidikan calistung (baca, tulis, hitung) hanyalah bagian dari perkembangan anak yang seharusnya menjadi sarana eksplorasi bukan paksaan. “Jika dijadikan ajang kompetisi, anak justru bisa kehilangan rasa ingin tahu dan semangat belajar,” jelasnya.
Untuk mendukung perkembangan anak tanpa tekanan, orang tua dapat menerapkan strategi berikut:
- Belajar sambil bermain, menggunakan permainan yang melibatkan angka dan huruf.
- Membaca bersama, menjadikan membaca sebagai aktivitas menyenangkan, misalnya seperti membacakan cerita sebelum tidur.
- Berinteraksi dengan lingkungan, mengajak anak mengenal konsep berhitung dan membaca dalam kehidupan sehari-hari.
Bu Rikza menegaskan bahwa setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda. Oleh karena itu, orang tua seharusnya menghargai proses belajar anak tanpa membandingkan dengan anak lain. “Tujuan utama pendidikan bukanlah untuk membuat anak menjadi yang tercepat, tetapi membantu mereka menemukan potensi terbaiknya,” tambahnya.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa anak-anak akan meniru perilaku mereka. Ada pepatah Jawa yang mengatakan ‘Kacang ora ninggal lanjaran’, yang berarti perbuatan dan perilaku orang tua tidak jauh berbeda dengan apa yang akan diwarisi oleh anaknya. Oleh karena itu, mendidik anak sejatinya juga merupakan proses mendidik diri sendiri, karena sikap dan tindakan orang tua akan menjadi contoh utama bagi anak-anak mereka.
Mendidik Anak dengan Cinta, Bukan Tekanan
Seminar ini juga menghadirkan sesi tanya jawab yang diikuti dengan penuh antusias oleh para orang tua. Mereka berbagi pengalaman serta bertanya bagaimana cara mendidik anak tanpa tekanan namun tetap memberikan stimulasi yang optimal.
Di akhir acara, Ustadzah Nuzula menyampaikan harapannya agar ilmu yang didapat dalam seminar ini bisa diterapkan oleh para orang tua. “Mari kita mendidik anak-anak kita dengan cinta dan kasih sayang, agar mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bahagia, tanpa tekanan dari kompetisi yang tidak perlu,” pungkasnya.
Dengan adanya seminar ini, diharapkan semakin banyak orang tua yang sadar bahwa pendidikan bukanlah ajang perlombaan. Mendidik anak adalah perjalanan panjang yang harus dinikmati, bukan sekadar mengejar siapa yang lebih dulu bisa membaca, menulis, dan berhitung. Namun yang paling penting ialah anak merasa bahagia, didukung, dan tumbuh sesuai dengan potensinya sendiri.
Kontributor : Nur Izzah Maulida,Rias Vinka Candra Yulianti,lailatul Arofa, Intan Nur Aini (Mahasiswa AM RA-Syihabuddin)
- Mahasiswa KKM PIAUD UIN Malang Turut Serta dalam Giat Posyandu Cegah Stunting di Kelurahan Sukun Kota Malang - Maret 14, 2025
- Orang Tua Berkompetisi, Anak yang Terbebani | Parenting Mahasiswa AM RA-Syihabuddin - Maret 7, 2025
- ParenTalk: Bincang Perkembangan AnakSeminar Parenting – Mengubah Amarah Jadi Ceria: Rahasia Mendidik Anak dengan Cinta dan Konsistensi - Maret 6, 2025