ParenTalk: Bincang Perkembangan Anak Seminar Parenting – Mengubah Amarah Jadi Ceria: Rahasia Mendidik Anak dengan Cinta dan Konsistensi

Malang, 6 Maret 2025 — Hari ini, sebuah acara menarik tentang cara mengelola emosi anak diadakan di RA AL-JAUHAR, Permata Regency, Blok 21 Nomor 3, Perum GPA, Ngijo. Acara ini menghadirkan Bapak Akhmad Muklis, S.Psi., M.A. Selaku Kaprodi PIAUD UIN Malang sebagai pemateri utama.

Seminar ini bertujuan untuk membantu orang tua memahami bagaimana mengubah amarah anak menjadi keceriaan dengan pendekatan yang lembut dan penuh kasih sayang.

Dalam sesi yang disampaikan oleh Bapak Akhmad Mukhlis, dijelaskan bahwa amarah adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak. Namun, sering kali kemarahan mereka bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan hasil dari pengaruh lingkungan, terutama dari orang tua.

Sebenarnya, jika anak diberikan pemahaman yang baik, mereka bisa belajar mengontrol emosinya dan tidak mudah marah. Dunia mereka penuh dengan imajinasi yang menyenangkan, sehingga pendekatan yang lembut dan penuh kasih lebih efektif dibandingkan hukuman atau bentakan.

Pentingnya Repairing: Memperbaiki Emosi Anak dengan Cinta

Salah satu metode yang diperkenalkan oleh Bapak Akhmad Mukhlis dalam seminar ini adalah repairing, yaitu proses memperbaiki keadaan setelah anak mengalami kemarahan. Ini penting karena jika emosi negatif tidak dikelola dengan baik, itu bisa menumpuk dan membuat anak sulit mengontrol perasaannya di masa depan.

Adapun langkah-langkah dalam repairing yang dijelaskan oleh pemateri adalah sebagai berikut:
1. Kembali ke kejadian yang membuat anak marah
• Tanyakan kepada anak apa yang membuatnya marah.
• Bantu mereka memahami situasi dengan sudut pandang yang lebih positif.
2. Berada pada posisi anak
• Dengarkan perasaan anak dengan penuh perhatian.
• Jelaskan dengan lembut bahwa perasaan marah itu wajar, tetapi harus disalurkan dengan cara yang benar.
3. Meminta maaf sebagai orang tua
• Jika orang tua sebelumnya marah berlebihan, jangan ragu untuk meminta maaf.
• Hal ini akan mengajarkan anak bahwa meminta maaf adalah tanda kedewasaan, bukan kelemahan.
4. Jangan membebankan amarah pada anak
• Hindari kata-kata seperti “Kamu tidak boleh marah!” karena itu akan membuat anak merasa tidak dimengerti.
• Lebih baik katakan, “Seharusnya Bunda tidak semarah itu kemarin. Bunda juga belajar mengontrol emosi.”

Mengatasi Amarah Anak Sebelum Tidur

Dalam seminar ini, Bapak Akhmad Mukhlis juga menekankan pentingnya menyelesaikan emosi negatif sebelum anak tidur.

“Amarah yang tidak terselesaikan akan menjadi ‘sampah emosional’ dalam diri anak. Jika terus menumpuk, anak akan kesulitan menghapusnya dan berisiko tumbuh dengan perasaan tidak nyaman,” ungkapnya.

Selain itu, sebelum tidur adalah waktu yang baik untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang amarahnya. Jika emosi negatif tidak diselesaikan, itu bisa menumpuk dan membuat anak sulit mengontrol perasaannya di kemudian hari.

Di akhir sesi, para orang tua mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan bertanya mengenai masalah yang mereka hadapi. Salah satu peserta mengajukan pertanyaan yang menarik:

“Mengenai repairing, sebelum kita mendidik anak, bagaimana kita mempersiapkan diri kita? Bagaimana jika kita sendiri masih memiliki luka masa kecil? Bagaimana cara memperbaiki diri sebelum memperbaiki anak?”

Menanggapi hal ini, Bapak Akhmad Mukhlis menjelaskan bahwa sebelum repairing, orang tua perlu lebih dulu membahagiakan diri sendiri dan komunikasikan dengan pasangan.

“Sebelum kita repairing ke anak, kita harus repairing ke diri sendiri dan pasangan. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menyisihkan waktu untuk quality time bersama pasangan tanpa kehadiran anak-anak. Dengan begitu, kita bisa lebih stabil secara emosional saat mendampingi anak,” jelasnya.

Kesimpulan: Mendidik Anak dengan Cinta, Bukan Amarah

Seminar ini memberikan wawasan yang sangat berharga bagi para orang tua tentang pentingnya membantu anak mengelola emosinya dengan cara yang sehat. Dengan memahami konsep repairing, orang tua diharapkan bisa lebih sabar dan bijak saat menghadapi anak yang sedang marah.

“Anak perlu diajari cara mengelola emosinya, bukan dimarahi saat marah. Dengan cinta dan kesabaran, amarah bisa berubah menjadi keceriaan,” ungkap Bapak Akhmad Mukhlis.

Semoga dengan ilmu yang diperoleh dari seminar ini, para orang tua bisa semakin memahami bahwa mendidik anak bukan soal menekan emosi mereka, tetapi membimbing mereka agar bisa memahami dan mengelola perasaan dengan baik.

Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Imroatul Hayyu Erfantinni,M.Pd.
Narasumber : Akhmad Mukhlis, S.Psi.M.A.

Kontributor : Shella Aviska , Fazkia Ainia Zahro , Annisa Elsa Pradita , Umriani R Narang, Mawaidatul Faiziyah, Lailul Nur Fadhilah (Mahasiswa AM RA-Al Jauhar 2025)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *